Kamis, 12 Januari 2012

Ulang Tahun Yang Antiklimaks....


Tanggal 10 Januari kemarin, Danisa, tepat berusia 1 tahun. Saya dan bapaknya, sebenarnya tidak berniat merayakan dengan kegiatan apapun. Tapi, mengingat kehadiran Danisa dalam kehidupan kami dan perjalanannya selama 1 tahun ini, sudah seharusnya kami sebagai orangtuanya bersyukur. Rasa syukur itu kami wujudkan dengan mengundang anak-anak kurang mampu dari kelompok pengajian. Mereka kami undang untuk mengaji di rumah dan membacakan doa untuk Danisa.

Layaknya cucu pertama (dan kebetulan kami masih tinggal serumah dengan orang tua saya), Mbah Kakung dan Mbah Uti-nya Danisa sangat antusias mengadakan acara untuk ulang tahun Danisa. Seperti biasa, Mbah Uti-nya Danisa selalu galau alias nggak punya konsep jelas tentang mengadakan sebuah acara. Mau ngundang keluarga nggak ya? Atau ngundang anak-anak pengajian aja? Mau pake balon-balon atau nggak usah? -__-

Beruntunglah, ada saya dan adik-adik yang membantu mempertegas konsep. :D

Akhirnya, mempertimbangkan budget dan umur Danisa yang baru 1 tahun belum ngerti apa-apa tentang happening-nya sebuah acara, saya dan suami memutuskan untuk mengundang anak-anak kurang mampu untuk mengaji bersama di rumah. Untuk keluarga, cukup kami kirimi dengan nasi kotak. Sementara untuk di rumah, kami hanya berkumpul bersama, sambil meniup lilin kue ulang tahun dan makan nasi kuning berjamaah.

Seperti biasa juga, ibu saya selalu bersemangat jika menyangkut 'konsumsi'. Entah darimana semangat ini datang. Ibu selalu punya energi tambahan untuk menyusun menu, belanja ke pasar, beli ini-itu, dan memasak. Padahal waktu ibu sudah sangat tersita untuk jam kantor, dari jam 7 sampai jam 4 sore. Tapi, saya biarkan saja. Ibu bahagia dengan kesibukan dan kelelahan mengurus konsumsi itu.

Sementara adik-adik saya memiliki ide untuk membuat kaos seragam. Kaos ini harus dipakai saat acara inti di rumah. Erlin yang bertugas berburu kaos putih polos dan mencari tukang sablon. Kaos itu nanti bertuliskan Dan1(st)sa. Ide yang seru juga, pikir saya...

Jam 17.00, anak-anak kecil yang kami undang datang. Mereka mengaji bersama, membaca Surat Yassin dan berdoa untuk Danisa. Danisa sangat senang melihat banyak anak kecil datang ke rumah. Saya mengangkat tangan Danisa ketika teman-temannya itu membaca doa untuk Danisa.


Selesai pengajian, Bapaknya Danisa mengantar anak-anak itu ke tempat semula. Setelah itu, berkeliling mengantar nasi kotak ke keluarga.

Disinilah antiklimaks itu dimulai.

Sehabis sholat maghrib, Bapaknya Danisa belum kembali ke rumah. Saya dan adik-adik sudah siap dengan kaos seragam yang bertuliskan Dan1(st)sa. Sementara Mbah Kakung dan adik saya Adi, ada jadwal latihan band untuk tampil di TVRI NTB Sabtu malam besok. Mbah Kakung juga menunggu semua berkumpul untuk tiup lilin dan makan nasi kuning bersama.

Ditunggu sampai waktu Isya, Bapaknya Danisa juga belum nyampe rumah. Akhirnya karena sudah ditunggu oleh personil band lainnya, Mbah Kakung dan Adi pun berangkat ke studio buat latihan. Ibu, yang seharian kecapekan memasak dan menyiapkan nasi kotak, langsung masuk kamar, tidur. Endang akhirnya memutuskan untuk berangkat les karena sudah terlambat.

Yahhh...

Kue ulang tahun dan nasi tumpeng jadi menganggur. Tidak ada yang mengelilingi mereka sambil makan bersama dengan wajah gembira, seperti bayangan saya semula...

Akhirnya, sekitar jam 8.00, Bapaknya Danisa tiba di rumah. Itu saja dengan muka yang sangat lelah. Bayangkan, pulang dari kantor yang jaraknya 40 kilometer dari rumah, langsung angkat-angkat perabot buat menyiapkan tempat untuk pengajian, menjemput-mengantar anak-anak, dan berkeliling mengantar nasi kotak ke keluarga.

Tapi mengingat anaknya belum meniup lilin di kue ulang tahunnya (dia melatih Danisa berhari-hari agar bisa meniup lilin lho), akhirnya dengan pasukan yang tersisa, kami meniup lilin dan memotong kue ulang tahun Danisa.

Selamat ulang tahun Nak, semoga sehat selalu, semoga menjadi anak yang selalu menyejukkan hati Bapak dan Ibu.

Amiiiiinnn...

Tidak ada komentar: