Sabtu, 09 Maret 2013

Melawan Arus (1) : #KibulanSusu

Tagar #KibulanSusu ini pasti udah nggak asing buat para followers erikarlebang. Tagar ini kalo saya diterjemahkan secara bebas artinya adalah: susu itu berguna untuk kesehatan? Ngibul tuh!
Ohya, susu yang dimaksud disini adalah segala jenis susu non Air Susu Ibu (ASI). Ya susu sapi, susu kambing, susu kedelai, dan kawan-kawan. Apapun bentuknya. Formula, UHT, dan lain-lain.

Melalui twit-twitnya, erikarlebang memberi penjelasan bahwa susu sapi dan susu lainnya sebenarnya tidak diperlukan oleh tubuh manusia. Pasti banyak yang nggak setuju sama kalimat yang saya garis bawahi tadi. Reaksi mayoritas yang timbul adalah:
1. Susu kan bagus buat kesehatan. Nutrisinya lengkap!
2. Susu itu tinggi kalsium. Bagus untuk pertumbuhan saat masa kanak-kanak dan mencegah osteoporosis.

Di sini saya tidak akan menjelaskan secara ilmiah kenapa dan bagaimana susu itu sebenarnya tidak diperlukan oleh tubuh manusia. Kalo pengen tau secara lebih detil dan ilmiah, sila meluncur ke webnya Erikar aja ya, di sini.

Di sini saya hanya mencoba menuliskan apa yang ada di kepala saya dan kondisi di sekitar yang berkaitan Kibulan Susu. Siapa tahu, kondisi yang saya tuliskan nanti juga terjadi di sekitar Anda.

Awal ketertarikan saya pada #KibulanSusu adalah tentang susu formula yang tidak bisa menggantikan posisi ASI bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, kecuali dalam kondisi medis tertentu. Setelah mengetahui tentang ASI, ASI Eksklusif, MPASI, pola makan sehat serta menyapih ASI, keingintahuan saya bergerak ke arah ini:
Apakah setelah selesai masa menyusui (disapih), anak-anak perlu minum susu?

 Pikiran saya ini muncul karena lingkungan selalu dipenuhi oleh mereka yang memberi minum susu untuk anak kecil. Saya-nya aja yang keras kepala tetap menyusui Danisa sampai ia mandiri menyapih dirinya sendiri, tanpa saya beri susu lain. Namun, jauh sebelum Danisa mencapai usia 2 tahun, saya bertemu dengan akun Twitter Erikar dan menemukan tagar Kibulan Susu.

Saya sebelumnya sangat setuju susu formula tidak diperlukan bagi anak-anak dibawah usia 2 tahun dengan kondisi ASI cukup dan pola makan sehat. Tentang ASI cukup, saya rasa jika sukses menyusui dalam 1 tahun kehidupan anak, ga usah galau lagi tentang kecukupan ASI. Kalopun merasa pola makan anak buruk, cari akar masalahnya dan perbaiki. Bukan malah melarikan diri pada susu formula sebagai jalan keluar. Ah, jadi inget iklan susu formula.

Manusia itu makan dalam bentuk makanan kan. Bukan 'makan' dalam bentuk minuman. Kalo saya, dari awal menganut prinsip "sehat bukan berarti gemuk, gemuk bukan berarti sehat" sehingga tidak mudah tergoda buat ngasi Danisa susu formula pada saat ia melancarkan Gerakan Tutup Mulut, makan cuma sedikit atau malah nggak mau makan pada jam ia makan.

Dari twit-twit Erikar dan setelah membaca bukunya Fakta dan Mitos Kesehatan, saya mengetahui kalo enzim yang mencerna susu berhenti berproduksi pada usia 3 tahun. Jadi, jika susu selain ASI tetap dikonsumsi pada masa setelah usia 3 tahun, tentu akan menimbulkan masalah.

Namun, seringkali masalah yang timbul pada anak-anak peminum rutin susu tidak dianggap masalah oleh orang sekitarnya. Mulai dari susah makan (karena perut anak yang kapasitasnya kecil itu udah penuh duluan sama susu), sembelit/susah buang air besar, mencret/diare, gampang banget panas-batuk-pilek, alergi (ga bisa makan telur/seafood dikit aja udah gatel-gatel) dan lain-lain yang dianggap penyebabnya bukan dari mengkonsumsi susu.

Saya banyak menemukan hal tersebut di lingkungan sekitar saya. Ada sepupu yang kalo makan telur puyuh langsung gatel-gatel, padahal Danisa makan sebungkus sih ayoooo. Ada tetangga yang anaknya dikit-dikit idungnya meler, dikit-dikit badannya demam. Danisa alhamdulillah dalam usia 2 tahun ini bisa diitung jari kena panas, batuk, pilek.

Ada anaknya kenalan yang kakinya penuh sama luka koreng. Atau nggak usah jauh-jauh. Saya dan adik-adik pada waktu kecil dulu adalah peminum susu rutin. Susu yang dipercaya memberi kesehatan untuk kami. Kenyataannya, dulu saya dan adik-adik mudah sakit.  Ada salah satu diantara mereka yang kini amandelnya gampang meradang.  Sedihnya, ada diantara adik saya yang sedari kecil mengalami kegemukan hingga saat ini.

Ada keluarga yang anaknya meninggal pada usia 3 tahun tanpa diagnosa penyakit yang jelas. Dikabarkan anak tersebut menderita panas kejang selama 3 hari. Bolak-balik masuk IGD tanpa diketahui sakit apa ia sebenarnya. Menurut cerita ibu saya, tubuh anak itu termasuk besar untuk seusianya. Tapi, apalah gunanya tubuh tinggi besar namun daya tahan tubuh gampang digerogoti?

Kondisi itu terjadi pada anak-anak peminum susu rutin di sekitar saya.

Dari memperhatikan kondisi tadi, bagaimana saya tidak percaya dengan tagar Kibulan Susu? Mungkin saja efek yang timbul di setiap orang berbeda. Kita perlu jeli memperhatikan reaksi tubuh, sekecil apapun. Tubuh yang sehat adalah tubuh yang cerdas memberi reaksi peringatan jika ada substansi tidak lazim masuk ke dalamnya.

"Lalu, bagaimana dengan pertumbuhan anak-anak? Bagaimana dengan asupan kalsium? Nanti anak-anak tidak bisa tumbuh maksimal jika nggak dikasi susu."

Begitu hebat dan gencarnya iklan susu sehingga ia bisa menanamkan di bawah alam sadar masyarakat bahwa minum susu itu penting untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika tema Kibulan Susu ini disampaikan, niscaya banyak yang menolak mentah-mentah. *standing applause buat industri susu

Sederhananya, susu yang sesuai dengan kondisi tubuh manusia ya susu yang berasal dari manusia, yaitu ASI. Susu hewan lain ya cocoknya untuk hewan yang bersangkutan. Adalah hal yang tidak wajar bukan, jika kita memaksakan minum susu dari spesies lain untuk dalih kesehatan tubuh kita.

Susu spesies lain memang bisa dikonsumsi oleh manusia seperti yang terdapat dalam Al Qur'an surat An Nahl ayat 66. Saya bukan ahli tafsir Al Quran. Namun, saya yakin tafsir dari ayat tersebut tidak melegitimasi susu spesies lain dikonsumsi untuk kesehatan manusia. Lain halnya dengan surat Al Baqarah ayat 233 tentang ASI yang memulai ayat dengan kata 'Hendaknya..".

Lanjut ke topik darimana asupan kalsium untuk pertumbuhan anak? Sayur dan buah adalah sumber kalsium yang diperuntukkan untuk manusia. Konsumsi sayur dan buah memang seharusnya mendominasi komposisi menu makan kita.

Lho, sayur dan buah kan kalsiumnya nggak banyak, nggak sebanyak susu sapi? Tubuh manusia tidak didesain untuk menerima asupan kalsium setinggi itu. Kenapa kalsium pada susu sapi tinggi karena anak sapi didesain untuk bisa berdiri begitu ia lahir, beda dengan manusia kan.

Kalo tetep keukeuh susu sapi bisa bikin tinggi ya silahkan sih. Tubuh tinggi nggak jaminan isi dalamnya sehat :)

Lalu bagaimana dengan konsep 4 sehat 5 sempurna? Di dalamnya terdapat susu kan? Konsep 4 Sehat 5 Sempurna adalah konsep zaman dahulu yang sudah ditinggalkan oleh Kementerian Kesehatan, diganti dengan konsep Gizi Berimbang. Untuk hal ini, saya salut pada rezim Orde Baru. Sebuah konsep yang lahir pada era Orde Baru masih saja diingat masyarakat hingga saat ini, meski telah diganti oleh konsep baru.

Berarti nggak boleh minum susu sama sekali dong? Saya suka susu dan turunannya kok. Milkshake, es krim, keju, yoghurt, susu coklat anget kan sedap tuh. Tapi bukan untuk diminum secara rutin, apalagi diklaim untuk kesehatan. Hanya untuk budaya kuliner aja. Sesekali :)

Kibulan Susu ini sering menimbulkan pro dan kontra. Apalagi kalo ngeliat akun Twitter Erikar. Rameeeee sampe kadang jadi twitwar. Saran saya, sebelum menolak Kibulan Susu ini, pelajarilah terlebih dahulu, jangan langsung main sanggah. Itu hanya akan membuat kita terlihat cupu :)

Hanya perlu sedikit niat untuk membuka mata pengetahuan. 

Ckckckck....





4 komentar:

akupetta mengatakan...

Ijin link ya mba

akupetta mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Erika Widiastuti mengatakan...

Silahkan..

Unknown mengatakan...

Nyata y anakku ga suka susu dari bayi udh ogah2an sufor jarang sakit