Selasa, 12 Juni 2012

Where is the love?

Judul lagu dari grup musik Black Eyed Peas ini mungkin paling cocok menggambarkan suasana hati saat saya menulis posting-an ini. Lebih klop lagi karena sebelumnya saya sedang membaca cerita Kupu-kupu Monarch dalam buku Tere Liye, Berjuta Rasanya. Tambah klop lagi karena setelah itu saya menyusui Danisa yang terbangun dari tidurnya.

Saya sengaja tidak menampilkan secara eksplisit tujuan saya menulis posting-an ini. Bahkan dalam blog pribadi pun, saya tidak berani mengungkapkan dengan gamblang perasaan saya. Saya terlalu takut. Tapi, saya juga terlalu bosan mengungkung apa yang saya pikir dan saya rasakan selama ini.


Saya mulai posting-an ini dengan mengingat-ingat, apa dan bagaimana interaksi saya dengan Danisa saat ia masih ada dalam rahim saya.

Saya khawatir ketika ia diam saja tidak aktif menendang perut saya. Saya lega ketika gerakannya akhirnya terasa. Saya mengajaknya berbincang ketika saya sedang mengendarai sepeda motor. Saya tunjukkan padanya, " Itu loh nak, yang namanya cidomo. Udara pagi ini seger banget ya nak, cuacanya cerah..", seperti itu. Saya mengajarinya mencium Al Quran setiap habis selesai membacanya. Caranya, Al Quran saya sentuhkan pada perut saya, seolah-olah Danisa bisa mencium kitab suci itu dari dalam rahim sana.

Saya ingin membangun kedekatan dengan Danisa bahkan sejak ia belum lahir. Saya sangat ingin ia merasakan limpahan cinta ibunya. Perasaan yang terasa sangat besar. Bahwa ia ditunggu-tunggu untuk hadir, melengkapi kebahagiaan saya dan kakak sebagai orangtuanya.

Setelah ia lahir, tidak hanya saya dan kakak yang berbahagia. Seluruh keluarga kami, mengingat Danisa adalah cicit pertama dalam keluarga. Paklek bulek saya yang usianya relatif masih muda, seketika itu mendapat panggilan "mbah". Terlebih bagi kedua orangtua saya, Danisa adalah cucu pertama yang dinanti.

Danisa mendapat semua cinta itu..

Bagi saya, ibunya, (saya yakin bagi semua ibu), usaha merawat dan membesarkan Danisa penuh liku. Apalagi ia anak pertama. Saya berusaha semampu saya untuk memberikan yang terbaik menurut saya untuk Danisa. Usaha ini terkadang, atau bisa disebut seringkali, menguras energi dan perhatian saya. Energi yang terkuras acapkali membuat emosi menjadi tidak terkontrol. Dan sedihnya, saya menumpahkannya pada Danisa.

Saya marah ketika ia menginjak handphone, yang saya taruh sembarangan. Saya menjadi tidak sabar saat ia meronta-ronta saat diceboki. Saya jengkel melihat ia jatuh berkali-kali saat saya peringati untuk diam nggak usah banyak tingkah. Saya sebal saat ia tidak mau memakan makanannya, yang sudah saya masak dengan susah payah.

Emosi itu sifatnya membutakan. Saat emosi saya sudah reda, pikiran sudah jernih, saya langsung menyesal. Saya membiasakan diri untuk meminta maaf pada Danisa, sambil memeluknya. Membisikkan kata maaf, mengatakan padanya bahwa ibu sayaaaaanggg sama Danisa.

Menyusui adalah momen paling dekat antara saya dan Danisa secara fisik. Disana, saya menumpahkan rasa sayang dengan mengelus rambutnya, mencium rambut dan keningnya (yang seringkali bau asem karena keringat, tapi saya suka!), menatap matanya, mengajaknya ngobrol, atau sekedar mengomentari kuku-kukunya yang panjang belum dipotong.

Saat menyusui itu, saya seringkali berpikir sambil mengingat interaksi saya dengan Danisa sejak ia dalam kandungan.

Kenapa ada ibu yang tega membuang anaknya?
Kenapa ada ibu yang menampar anaknya ketika tau anaknya nggak berhasil masuk di sekolah tujuan? Kenapa ada ibu yang menyebut anaknya dengan sebutan: setan, anak keterlaluan, dan umpatan kasar lainnya?

Tak tahukah ia, bahwa hati seorang anak bisa saja begitu rentan. Ia dilukai oleh ibunya sendiri.

Bukan berarti saya adalah ibu paling baik sedunia. Saya ibu yang jauh dari sempurna.

Saya hanya membayangkan, ketika saya memperlakukan Danisa hingga membuat ia jauh dari ibunya:

dimana rasa cinta yang melimpah ketika saya menanti kehadirannya?

Sungguh, saya tidak ingin Danisa merasa ibunya adalah orang lain, orang asing, bahkan orang yang membuatnya tak nyaman (insecure).

Nak, kita bersama-sama tumbuh dan belajar ya..

Ibu sayang sama Danisa.. :')

Tidak ada komentar: