Sabtu malam, 25 Februari, berhembus berita lewat berbagai media sosial: Twitter, BM, BBM, bahwa mantan walikota Mataram HM Ruslan meninggal dunia. Saya sontak kaget. Selama ini memang tidak pernah terdengar kabar apapun tentang beliau. Banyak mention dari teman-teman akun @infomataram yang menanyakan kebenaran kabar tersebut. Saya yang tengah kaget tidak mau ikut 'terprovokasi'. Saya diamkan saja mention-mention itu. Meskipun ada beberapa akun yang menyatakan bahwa beliau sudah meninggal dunia, namun saya tetap bergeming diam. Tidak mau membuat twit apapun. Hati kecil saya masih tidak percaya.
Namun, upaya saya untuk terus memperbaharui informasi terkait berita tersebut terkendala oleh browser di telepon selular saya. Saya menggunakan ponsel yang 'masih' berbasis Symbian dengan browser Opera Mini. Kalo udah jam padat-nya Twitter (jam 8 malam ke atas) dapat dipastikan browser saya ngadat, sengadat-ngadat-nya. Karena bingung, saya menghubungi admin akun @infolombok via WhatsApp, menanyakan kebenaran berita tersebut. Ditengah browser yang tengah loading tersendat-sendat, saya sempat melihat twit terbaru bahwa kabar tersebut hoax, tidak benar. Saat itu, bapak HM Ruslan tengah kritis dan sedang mendapat perawatan di ruang ICU RS Harapan Kita Jakarta. Beliau baru saja menjalani operasi bypass jantung.
Esoknya, Minggu, 26 Februari, berita tentang wafatnya bapak HM Ruslan kembali beredar. Kali ini benar adanya. Dari berbagai sumber yang dipercaya, mantan walikota Mataram yang memimpin selama 2 periode itu menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 17.00WIB.
Saya turut berduka cita. Sedalam-dalamnya.
Saya tidak mengenal beliau secara pribadi. Namun, rasa kehilangan entah kenapa begitu dalam saya rasakan. Mungkin itulah dampak jika seseorang memiliki amal perbuatan yang begitu membekas di hati banyak orang.
Saya hanya bertemu langsung dengan pak Ruslan sekitar 3 kali. Itupun dalam pertemuan yang dihadiri orang banyak. Kesan pertama saya terhadap beliau: to the point, apa adanya, dan sangat membumi. Jika pejabat memberi kata sambutan dengan bertele-tele, lain halnya dengan beliau. Saya juga sangat senang jika ada pejabat yang memberi sambutan dengan banyak menyelipkan bahasa Sasak di dalamnya.Terkesan tidak kaku dan gayeng. Pak Ruslan seperti itu.
Waktu saya mengajak teman-teman @infomataram untuk berbagi kesan tentang beliau, kesan yang disampaikan oleh salah seorang teman adalah "beliau tidak sungkan naik sepeda motor saat menghadiri perayaan ogoh-ogoh sambil menyalami warga yang berkumpul di pinggir jalan". Saya hanya tersenyum membaca kesan itu.
Lain halnya dengan kesan yang disampaikan oleh teman saya petugas promosi kesehatan di puskesmas Mataram. Mbak Nana (teman saya itu) suatu sore berjalan-jalan dengan suaminya di daerah Karang Bedil, kawasan tempat tinggal pak Ruslan. Mbak Nana kebetulan saat itu bertemu dengan beliau yang tengah berbincang-bincang dengan seseorang di pinggir jalan. Mbak Nana menyapa beliau sambil tersenyum biasa: "Pak...."
Pak Ruslan menjawab sapaan teman saya itu dengan reaksi tersenyum sambil mengganggukkan kepala dengan takzim. Persis ketika kita bertemu dengan orang yang sangat kita hormati. Mbak Nana sampai salah tingkah melihat reaksi pak Ruslan seperti itu. Mbak Nana mengungkapkan pada saya,
" Aduh dek, pak Ruslan itu mbok ya jangan gitu caranya (membals sapaan saya). Saya kan jadi malu...saya ini siapa sih dek, sampai dikasih senyuman dengan cara seperti itu....."
Subhanallah...
Selamat jalan pak Ruslan...
Semoga Allah swt memberikan tempat yang paling indah untuk Bapak..
Amin amin ya Robbal alamin...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar