Cerita tentang ASI dan menyusui ini saya yakin akan jadi sangat panjaaaaanggg. Di bagian ini, saya akan bercerta tentang awal perjuangan memberi ASI.
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.” ―Pramoedya Ananta Toer
Rabu, 15 Februari 2012
Senin, 13 Februari 2012
Romantisnya Menyusui.. :)
Pas mau menulis ini, ada lagu romantis lagi muter di Puskesmas: If You're Not The One-nya Daniel Bedingfield. Cocok sama feeling saat menyusui Danisa. Romantis. Rasa cinta dan sayang begitu meletup-letup saat menatap Danisa menempel di dada saya. Saat itulah terasa bahwa anak adalah anugerah Allah pada setiap orang tua. Terasa bahwa anak merupakan harta yang tidak ternilai harganya.
Memang begitulah menyusui. Ia tidak hanya sekedar memberi ASI, tidak hanya memberi nutrisi terbaik untuk anak-anak kita, tapi juga mengalirkan kasih sayang. Dengan menyusui, jelas terjadi kontak fisik. Seperti yang telah kita pahami bersama, kontak fisik antara ibu dan anak akan mempererat hubungan antar keduanya. Kontak fisik yang terjadi pun tidak hanya antara mulut bayi dan dada ibu. Saat menyusui Danisa, saya membelai rambutnya, menatap matanya, mengelus alisnya, mencium keningnya, bahkan mencubiti pipinya dengan gemas. Mirip ya dengan perilaku kita saat dengan pasangan terkasih. Bahagia kan :)
Hormon oksitosin, hormon yang timbul saat perasaan bahagia hadir, akan semakin memperlancar keluarnya ASI. Menyusui memang proses yang saling timbal balik antara banyak faktor. Tapi yang memegang peranan penting dalam proses menyusui adalah kondisi psikologis ibu. Saat ia merasa bahagia, nyaman, relaks, dijamin ASInya akan lancar. Jika saya tiba di rumah setelah beraktifitas di kantor, bertemu Danisa rasa lelah itu akan menguap. Panasnya udara di siang hari akan terasa adem jika Danisa sudah bersama saya, terutama saat ia menyusui. Danisa menempel pada saya, saya peluk, kemudian saya bersandar di kamar untuk menyusui Danisa. Luar biasa adem. Panas dan lelah menguap seketika.
Mengingat bahwa menyusui adalah aktifitas yang paling dicintai oleh bayi, maka saya tidak habis pikir jika ada orangtua yang menggunakan cara-cara aneh untuk menyapih anaknya. Mulai dari mengoleskan obat puyer, memberi balsem, mengoleskan lipstik, sampai memberi jampi-jampi. Tujuannya agar anak tidak tertarik lagi menyusui. Kenapa kita tidak mencoba berada di posisi anak kita? Kita pasti kecewa jika sesuatu yang kita sukai dan cintai secara tiba-tiba 'dirampas' begitu saja. Kita dilarang untuk melakukan sesuatu yang kita sukai tersebut, dengan cara yang ekstrim. Begitu juga dengan perasaan anak-anak.
Danisa selalu kangen menyusu. Tiap saya tiba di rumah, dia pasti menangis. Dulu dia memang hanya menangis dan diam jika saya susui. Tapi sekarang karena ia sudah bisa lebih berekspresi, permintaannya untuk menyusu ditandai dengan gerakan mengobrak-abrik baju saya, kemudian menarik-narik leher baju, lalu mengintip ke dalam, hahaha...
Memang begitulah menyusui. Ia tidak hanya sekedar memberi ASI, tidak hanya memberi nutrisi terbaik untuk anak-anak kita, tapi juga mengalirkan kasih sayang. Dengan menyusui, jelas terjadi kontak fisik. Seperti yang telah kita pahami bersama, kontak fisik antara ibu dan anak akan mempererat hubungan antar keduanya. Kontak fisik yang terjadi pun tidak hanya antara mulut bayi dan dada ibu. Saat menyusui Danisa, saya membelai rambutnya, menatap matanya, mengelus alisnya, mencium keningnya, bahkan mencubiti pipinya dengan gemas. Mirip ya dengan perilaku kita saat dengan pasangan terkasih. Bahagia kan :)
Hormon oksitosin, hormon yang timbul saat perasaan bahagia hadir, akan semakin memperlancar keluarnya ASI. Menyusui memang proses yang saling timbal balik antara banyak faktor. Tapi yang memegang peranan penting dalam proses menyusui adalah kondisi psikologis ibu. Saat ia merasa bahagia, nyaman, relaks, dijamin ASInya akan lancar. Jika saya tiba di rumah setelah beraktifitas di kantor, bertemu Danisa rasa lelah itu akan menguap. Panasnya udara di siang hari akan terasa adem jika Danisa sudah bersama saya, terutama saat ia menyusui. Danisa menempel pada saya, saya peluk, kemudian saya bersandar di kamar untuk menyusui Danisa. Luar biasa adem. Panas dan lelah menguap seketika.
Mengingat bahwa menyusui adalah aktifitas yang paling dicintai oleh bayi, maka saya tidak habis pikir jika ada orangtua yang menggunakan cara-cara aneh untuk menyapih anaknya. Mulai dari mengoleskan obat puyer, memberi balsem, mengoleskan lipstik, sampai memberi jampi-jampi. Tujuannya agar anak tidak tertarik lagi menyusui. Kenapa kita tidak mencoba berada di posisi anak kita? Kita pasti kecewa jika sesuatu yang kita sukai dan cintai secara tiba-tiba 'dirampas' begitu saja. Kita dilarang untuk melakukan sesuatu yang kita sukai tersebut, dengan cara yang ekstrim. Begitu juga dengan perasaan anak-anak.
Danisa selalu kangen menyusu. Tiap saya tiba di rumah, dia pasti menangis. Dulu dia memang hanya menangis dan diam jika saya susui. Tapi sekarang karena ia sudah bisa lebih berekspresi, permintaannya untuk menyusu ditandai dengan gerakan mengobrak-abrik baju saya, kemudian menarik-narik leher baju, lalu mengintip ke dalam, hahaha...
Minggu, 12 Februari 2012
Tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Saya tau apa itu Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Tapi, sekedar tau ternyata tidak cukup.
Setelah Danisa diletakkan oleh bidan di dada bagian kiri saya, saya segera tersadar, "ini waktunya IMD." Saya yang saat itu diliputi perasaan yang sangat bahagia, mengajak Danisa ngobrol. Danisa hanya diam sambil matanya yang sembab menatap saya. Rambutnya awut-awutan, masih basah dengan cairan ketuban. Sekilas, Danisa saat itu terlihat seperti buyutnya, Husin Kamil. Putih, sipit, dan keriting.
Kembali ke proses IMD. Bidan memang bermaksud melakukan IMD pada saya, tapi sangat tidak sesuai dengan proses IMD yang seharusnya. Saya baru menyadari ini setelah mem-follow @aimi_asi. Sebelumnya, saya hanya ho'oh ho'oh saja waktu membaca teori tentang IMD. Bayangan saya, menyusui itu akan mudah.
Tidak. Saya salah besar.
Proses IMD sangat mendukung keluarnya ASI (silahkan baca link ini). Pada saya, seperti yang saya tulis di atas, IMD tidak dilakukan dengan seharusnya. Danisa hanya diletakkan selama kurang dari 10 menit di dada saya. Pantas ia hanya diam, tidak mencari puting susu. Danisa kurang diberi waktu untuk IMD. Alasan bidan, ntar bayinya kedinginan. Saya waktu itu hanya nurut aja. Kalau saya inget-inget juga, di klinik itu, ruangan untuk partus hanya ada 1 dengan 2 bed. Mereka mau cepet-cepet biar bisa gantian sama pasien lain kali ya..
Bisa jadi, tidak dilakukannya IMD dengan benar itu menyebabkan ASI saya baru keluar pada hari ke-3. Danisa tidak bisa dibilang lulus ASI Eksklusif karena ia mendapat cairan glukosa.
Setelah Danisa diletakkan oleh bidan di dada bagian kiri saya, saya segera tersadar, "ini waktunya IMD." Saya yang saat itu diliputi perasaan yang sangat bahagia, mengajak Danisa ngobrol. Danisa hanya diam sambil matanya yang sembab menatap saya. Rambutnya awut-awutan, masih basah dengan cairan ketuban. Sekilas, Danisa saat itu terlihat seperti buyutnya, Husin Kamil. Putih, sipit, dan keriting.
Kembali ke proses IMD. Bidan memang bermaksud melakukan IMD pada saya, tapi sangat tidak sesuai dengan proses IMD yang seharusnya. Saya baru menyadari ini setelah mem-follow @aimi_asi. Sebelumnya, saya hanya ho'oh ho'oh saja waktu membaca teori tentang IMD. Bayangan saya, menyusui itu akan mudah.
Tidak. Saya salah besar.
Proses IMD sangat mendukung keluarnya ASI (silahkan baca link ini). Pada saya, seperti yang saya tulis di atas, IMD tidak dilakukan dengan seharusnya. Danisa hanya diletakkan selama kurang dari 10 menit di dada saya. Pantas ia hanya diam, tidak mencari puting susu. Danisa kurang diberi waktu untuk IMD. Alasan bidan, ntar bayinya kedinginan. Saya waktu itu hanya nurut aja. Kalau saya inget-inget juga, di klinik itu, ruangan untuk partus hanya ada 1 dengan 2 bed. Mereka mau cepet-cepet biar bisa gantian sama pasien lain kali ya..
Bisa jadi, tidak dilakukannya IMD dengan benar itu menyebabkan ASI saya baru keluar pada hari ke-3. Danisa tidak bisa dibilang lulus ASI Eksklusif karena ia mendapat cairan glukosa.
Langganan:
Postingan (Atom)